PENGARUH
KONSENTRASI DAN KETEBALAN TERHADAP PENYERAPAN CAHAYA
(HUKUM
BEER-LAMBERT)
Oleh: Mahasiswa Jurusan Fisika
Abstrak
Telah dilakukan eksperimen Hukum Beer-Lambert yang dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 November 2010 pukul 14.30 sampai dengan 18.00 WIB di Laboratorium
Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Bandung. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi larutan gula dan ketebalan plastik mika terhadap penyerapan cahaya
tampak. Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa Koefisien
Absorpsi (α) larutan gula adalah 3,668, koefisien absorpsi (α) plastic mika
warna bening adalah 0,729, warna hijau 8,376 dan warna kuning 6,337.
Kata kunci : Hukum
Beer-Lambert, Konsentrasi larutan, Ketebalan dan Penyerapan cahaya.
Abstract
Have been conducted the experiment
for Beer-Lambert law executed on Saturday, date of 13 November 2010
beating 14.30 up to 18.00 WIB in Laboratory of Physics, Faculty Of Science and
Technology, State Islamic University Of Bandung. Intention of this attempt is
to know the influence concentrated sugar liquid and thickness of plastic mika for
absorption visible light. From this experiment getting that absorption coefficient
(α) for sugar liquid is
3,668, for white plastic mika is 0,729,
for green plastic mica is 8,376 and for yellow plastic mica is 6,337.
Keywords
: Beer-lambert law, Concentrated liquid, Thickness and Absorption light.
I. PENDAHULUAN.
1.1 Tujuan
- Mengamati hubungan transmitansi dan absorban terhadap konsentrasi penyerap.
- Mengamati hubungan transmitansi dan absorban terhadap ketebalan penyerap.
1.2 Dasar Teori
Misalkan seberkas cahaya terkolimasi
melintas dalam arah x dan melewati selembar medium tipis dengan ketebalan
(gambar 2.1). Berkas cahaya yang datang pada medium
dengan daya
dan yang
menembus medium dengan daya p’.
Persamaan (2.7) merupakan
hukum eksponensial penyerapan,biasa juga disebut Hukum Beer-Lambert
yang menggunakan logaritma berbasis 10 dari pada berbasis eksponensial.
Transmitansi (T)
didefinisikan sebagai rasio daya radian yang ditransmisikan melewati sampel
terhadap daya cahaya datang,yang diukur pada panjang gelombang yang sama.
Absorbansi
merupakan kuantitas penting. Pada dasarnya transmitansi larutan dapat diukur pada konsentrasi berbeda dengan
cara membuat kurva dari data yang diperoleh. Namun, jika kita menggunakan absorbansi plotting akan
lebih mudah karena hubungannya linear dan hanya sedikit titik yang diperlukan
untuk mendapatkan garis lurus.
Absorpsivitas (α) seperti pada persamaan (2.7), muncul dalam hokum
eksponensial sebagai logaritma alami.
II. METODE
2.1.Waktu & Tempat
Hari/ tanggal : Sabtu, 13 November
2010
Waktu : 14.30 – 18.00
WIB
Tempat : Laboratorium Fisika Fak. Sains dan Teknologi Kampus Bandung
2.2.Alat & Bahan
1. Sumber laser/ cahaya
2. Power Lightmeter
3. Meja optis
4. Gelas ukur
5. Larutan gula dengan beda konsentrasi
6. Plastik mika berwarna (bening, kuning, hijau)
7. Milimeter sekrup
2.3.Cara Kerja
Percobaan ke-1 (Variasi
Konsentrasi Larutan Gula)
Percobaan dimulai
dengan melewatkan sinar ke dalam gelas ukur berisi 100 ml air dan mencatat daya
sinar yang di transmisikan menggunakan Power Lightmeter Sebagai
. Melarutkan
gula 10 gram ke dalam gelas ukur tersebut dan mencatat kembali daya sinar yang
ditransmisikan. Percobaan diulangi sebanyak 10 kali variasi massa gula yang
dilarutkan dengan cara menambah 10 gram gula tiap percobaan.
Percobaan ke-2 (Variasi
Ketebalan dan Warna Plastik Mika)
Metode yang digunakan pada
percobaan ini dengan cara mencatat daya awal sinar menggunakan Power Lightmeter Sebagai
.
Menempatkan selembar plastik mika warna bening pada lintasan sinar - power lightmeter dan mencatat kembali daya sinar
yang ditransmisikan. Percobaan diulangi sebanyak 10 kali variasi ketebalan mika
dengan cara menambah 1 lembar plastik mika tiap percobaan. Selain itu,
percobaan ini diulangi juga untuk plastik mika warna hijau dan kuning.
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
Percobaan ke-1
Mr
, P0 = 6,5 w/
, volume air = 100 ml,
ketebalan (x) = 6,48 cm
PERC. KE
|
Massa gula (gram)
|
Mol (gram/Mr)
|
Molaritas (mol/ vol)
|
Daya
(w/
)
|
Transmitansi (T)
|
Absorbansi (A)
|
1
|
10
|
0,029
|
0.29
|
3,8
|
0,59
|
1,69
|
2
|
20
|
0,058
|
0.58
|
2,2
|
0,34
|
2,94
|
3
|
30
|
0,088
|
0.88
|
1,6
|
0,25
|
4,00
|
4
|
40
|
0,117
|
1.17
|
1,2
|
0,18
|
5,56
|
5
|
50
|
0,146
|
1.46
|
0,8
|
0,12
|
8,33
|
6
|
60
|
0,175
|
1.75
|
0,6
|
0,09
|
11,1
|
7
|
70
|
0,205
|
2.05
|
0,5
|
0,07
|
14,3
|
8
|
80
|
0,234
|
2.34
|
0,4
|
0,06
|
16,7
|
9
|
90
|
0,263
|
2.63
|
0,3
|
0,05
|
20,0
|
10
|
100
|
0,293
|
2.93
|
0,2
|
0,03
|
33,3
|
Percobaan ke-2
Plastik
mika Bening, P0 = 3,5 w/m2
PERC. KE
|
Tebal plastik (x 10-3
m)
|
Daya
(w/
)
|
Transmitansi (T)
|
Absorbansi (A)
|
1
|
0,14
|
3,0
|
0,857
|
1,167
|
2
|
0,33
|
2,6
|
0,742
|
1,347
|
3
|
0,52
|
2,3
|
0,657
|
1,522
|
4
|
0,69
|
2,0
|
0,571
|
1,751
|
5
|
0,88
|
1,6
|
0,457
|
2,188
|
6
|
1,05
|
1,4
|
0,400
|
2,500
|
7
|
1,24
|
1,3
|
0,371
|
2,695
|
8
|
1,43
|
1,2
|
0,342
|
2.923
|
9
|
1,62
|
1,0
|
0,285
|
3,508
|
10
|
1,81
|
0,9
|
0,257
|
3,891
|
Plastik
mika Hijau, P0 = 3,5 w/m2
PERC. KE
|
Tebal plastik (x 10-3 m)
|
Daya
(w/
)
|
Transmitansi (T)
|
Absorbansi (A)
|
1
|
0,02
|
2,5
|
0,71
|
1,40
|
2
|
0,04
|
2,0
|
0,57
|
1,75
|
3
|
0,06
|
1,6
|
0,46
|
2,19
|
4
|
0,08
|
1,4
|
0,40
|
2,50
|
5
|
0,10
|
1,1
|
0,31
|
3,18
|
6
|
0,12
|
0,9
|
0,26
|
3,89
|
7
|
0,14
|
0,8
|
0,23
|
4,38
|
8
|
0,17
|
0,7
|
0,20
|
5,00
|
9
|
0,19
|
0,6
|
0,17
|
5,83
|
10
|
0,21
|
0,5
|
0,14
|
7,00
|
Plastik
mika Kuning, P0 = 3,6 w/m2
PERC. KE
|
Tebal plastik (x 10-3
m)
|
Daya
(w/
)
|
Transmitansi (T)
|
Absorbansi (A)
|
1
|
0,03
|
2,7
|
0,75
|
1,33
|
2
|
0,07
|
2,3
|
0,64
|
1,57
|
3
|
0,10
|
2,0
|
0,56
|
1,80
|
4
|
0,12
|
1,8
|
0,50
|
2,00
|
5
|
0,15
|
1,6
|
0,44
|
2,25
|
6
|
0,16
|
1,4
|
0,39
|
2,57
|
7
|
0,18
|
1,2
|
0,33
|
3,00
|
8
|
0,19
|
1,1
|
0,31
|
3,27
|
9
|
0,20
|
1,0
|
0,28
|
3,60
|
10
|
0,21
|
0,8
|
0,22
|
4,50
|
3.1 Pembahasan
Menurut Hukum Beer-Lambert, jika sebuah
berkas cahaya dilewatkan ke dalam larutan maka ada sebagian cahaya yang akan
diserap, sebagian di lewatkan dan sebagian kecil akan dipantulkan. Hal ini
telah teramati pada eksperimen yang telah dilakukan. Pada saat sinar dilewatkan
pada larutan gula, daya sinar yang di transmisikan berkurang terlihat dari
hasil pengukuran menggunakan power lightmeter yang semakin kecil.
Menunjukan bahwa sebagian daya sinar diserap oleh larutan gula.
Selain itu, Hukum Beer-Lambert
juga menyatakan bahwa absorbsi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan dan ketebalan bahan/ medium. Pada saat konsentrasi larutan gula
ditambah dengan cara menambah massa gula, daya sinar yang ditransmisikan juga
semakin kecil. Hal ini menunjukan bahwa Transmitansi (T) semakin kecil,
sehingga Absorbansi (A) semakin besar.
Hal yang sama juga teramati pada
percobaan kedua, pada saat ketebalan plastik mika ditambah, daya yang
ditransmisikan juga semakin kecil. Hal ini menunjukan bahwa Transimtansinya
semakin kecil dan Absorbansinya semakin besar. Dari ketiga warna yang telah
diuji (bening, hijau dan kuning) menunjukan bahwa plastik mika warna hijau
memiliki tingkat Absorbansi paling besar dan plastik mika warna bening memiliki
tingkat Absorbansi paling kecil.
Dari hasil pengolahan data menggunakan MS-Excell (metode grafik), diperoleh bahwa
Koefisien Absorpsi (α) larutan gula adalah 3,668, koefisien absorpsi (α)
plastic mika warna bening adalah 0,729, warna hijau 8,376 dan warna kuning
6,337.
Semakin besar koefisien absorpsi menunjukan bahwa
kemampuan bahan tersebut menyerap sinar/ cahaya juga semakin besar.
IV. KESIMPULAN
Dari eksperimen yang
telah dilakukan, teramati adanya pengaruh
konsentrasi larutan gula terhadap Transmitansi dan Absorbansi. semakin besar konsentrasi
larutan, maka Transmitansi atau sinar yang di transmisikan semakin kecil,
sedangkan Absorbansi atau penyerapannya semakin besar. Selain itu, pada
eksperimen ini juga teramati bahwa semakin tebal plastik mika yang digunakan maka
Transimtansinya semakin kecil dan Absorbansinya makin besar.
DAFTAR PUSTAKA
F. Graham Smith and Terry A. King. Optics and
Photonics. John Wiley and Sons, 2000.
Manual for PCM-01 Optometrics LLC.
Jurgen R. Meyer-Arendt, Introduction to Classical and Modern Optics,
Third edition, Prentice Hall, New Jersey, USA, 1989.
0 comment:
Post a Comment