Statistik Radioaktifitas
Prodi Fisika FMIPA Institut Bandung, Indonesia
Tanggal Praktikum :
24 April 2010
Asisten :
Mahasiswa Senior Prodi Fisika
1.
1. TUJUAN PRAKTIKUM
1 Memahami
prinsip kerja detektor Geiger-Muller.
2 Memahami
jenis distribusi dari statistik radioaktivitas.
3 Memahami
cara pengolahan dan analisis data spektrum bahan radioaktif
.
2.
2. ALAT DAN BAHAN
1 Sumber
radioaktif Cs-137, 3.7 MBq.
2 Detektor
radioaktif Geiger-Muller dan sumber dayanya.
3 G-M
Counter ( pencacah geiger muller ).
4 Kabel
koaksial (untuk tabung Geiger Muller).
3. 3. TEORI DASAR
Dalam
suatu peluruhan radioaktif yang khas, sebuah inti pada mulanya tak stabil, yang
disebut induk, memancarkan sebuah partikel dan meluruh menjadi sebuah inti yang
disebut anak. Secara efektif kelahiran anak muncul dari kematian induknya. Inti
anak ini dapat berupa inti yang sama pada keadaan energi yang lebih rendah,
seperti halnya dalam peluruhan-γ, atau sebuah inti yang baru yang muncul dari
peluruhan α dan β. Semua peluruhan inti mengikuti aturan peluruhan radioaktif
yang sama. Jika pada awalnya terdapat No inti induk tak stabil, maka
jumlah inti induk N yang tersisa setelah selang waktu t adalah :
N = γ,
eλt (1)
Tetapan
𝛌
disebut tetapan peluruhan atau tetapan disintegrasi yang bergantung pada macam
proses peluruhannya.
Laju
peluruhan suatu cuplikan radioaktif tertentu biasanya diukur oleh waktu
paruhnya (half-life), T1/2 yang didefinisikan sebagai selang waktu
dalam jumlah inti induk pada saat awal menjadi separuhnya. Waktu paruh ini
dapat dinyatakan langsung dalam 𝛌
sebagai :
Jadi
jika pada awalnya terdapat sebanyak No inti, maka setelah selang
waktu T1/2 akan tinggal No/2 inti, No/4 inti
setelah selang waktu 2T1/2 dan seterusnya.
Besaran
lain yang mengukur kelajuan peluruhan sebuah cuplikan inti adalah waku hidup
rata-rata sebuah inti Tm yang diberikan oleh :
Hukum
yang melukiskan pertambahan inti anak, dengan anggapan bahwa mereka stabil
diperoleh dari :
Satuan laju disintegrasi ini, atau aktivitas, adalah curie, yang didefinisikan sebagai 1 Ci = 3,700 x 10-10 disintegrasi perdetik.
Statistik Peluruhan
Dalam hal peluruhan radioaktif, jumlah partikel yang dihasilkan dari sebuah sumber tiap satuan waktu ratarata dapat dijelaskan dengan sebuah distribusi yang disebut Distribusi Poisson. Distribusi ini cukup baik untuk sederetan peristiwa yang sungguh-sungguh acak. Deviasi standar dari nilai cacah rata-rata ini dirumuskan:
σ = μ
Di sini nilai cacah rata-rata m dan deviasi standar s merupakan dua besaran lepas satu terhadap lainnya. Pendekatan lain yang dapat dilakukan dalam menentukan aktivitas radiasi adalah dengan konsep waktu paruh. Waktu paruh ( T1/2) didefinisikan sebagai lamanya zat radioaktif melakukan peluruhan hingga banyaknya inti sisa adalah setengah dari banyaknya inti mula-mula
NT1/2 = (1/2 NO) (6)
4.
4. METODA
4.1
Penentuan tegangan kerja GM Counter
Metoda percobaan yang digunakan pada percobaan
ini dengan cara dipilih tegangan kerja pada Geiger Muller pada nilai 350 Volt
dan selang waktu 10 sekon. Setelah itu, pengukuran mulai dilakukan pada proses
pencacahan sampai selesai dan angka pada display dicatat. Pengukuran ini
diulangi sebanyak tiga kali untuk tegangan yang masih sama. Selanjutnya
pengukuran diatas diulangi untuk tegangan kerja yang berbeda. Tegangan kerja
dibuat dalam selang 400-550 volt dengan selisih 10 volt.
4.2
Mengetahui distribusi dari statistik radioaktif
Metoda percobaan yang digunakan pada percobaan
ini dengan cara dipilih tegangan kerja yang tetap pada Geiger Muller yaitu 475 Volt dan selang waktu 10 sekon.
Kemudian dilakukan pencacahan untuk m=75 dan m=100, angka pada display dicatat.
Pengukuran ini diulangi sebanyak tiga kali. Setelah itu dilakukan pengukuran
untuk m=25 tanpa menggunakan bahan radioaktif.
5.
5. HASIL PERCOBAAN
5.2
Distribusi dari statistik radioaktif
6.
6. PEMBAHASAN
Percobaan
yang telah dilakukan yaitu menggunakan sumber radioaktif Cs-137 yang mempunyai
paruh waktu (T1/2)= 30 tahun dan merupakan sumber radiasi gamma.
Prinsip kerja sebuah Geiger-muller yang terdiri dari
tabung silinder yang diisi gas dengan tekanan rendah (0.1-ATM) seperti helium,
neon atau Argon. Bagian dalamnya hanya dilapisi dengan logam atau grafit untuk
membentuk katoda sedangkan anode adalah kawat yang lurus dari pusat tabung.
Ketika terdapat partikel radiasi masuk kedalam tabung, maka gas di dalamnya
akan terionisasi. Akibatnya terdapat muatan positif dan negatif berupa
elektron. Muatan positif akan ditarik menuju katoda sedangkan muatan negatif ke
kaki anoda. Muatan negatif berupa elektron yang menempel di kaki anoda akan
menimbulkan pulsa listrik yang kemudian dicacah dengan alat pencacah(counter).
Hasil cacahan tersebut akan ditampilkan pada display G-M Counter.
Dari
grafik yang diperoleh menunjukan bahwa tegangan antara 470 sampai 480 adalah
daerah plateau, karena pada daerah ini cacahan dari pancaran zar radioaktif
yang dihasilkan stabil. Sehingga didapatkan nilai tegangan rata-ratanya :
.
Dari hasil plot kurva grafik yang telah diperoleh
menunjukan bahwa hasil distribusi normal (gaussian) lebih mendekati kurva
histogram yang ada, oleh karena itu pada percobaan pencacahan zat radioaktif
ini distribusi normal memberikan hasil yang lebih baik.
Dari hasil pencacahan yang telah dilakukan untuk m=75,
menunjukan bahwa rata-rata cacahan untuk selang 10 sekon adalah :
dengan standar deviasi (σ) sebesar
4,4. Hal ini membuktikan bahwa m yang lebih besar akan menunjukan tingkat
ketelitian yang lebih baik.
Pada percobaan perhitungan cacahan tanpa menggunkan
zat radioaktif/ cacahan latar belakang diperoleh data rata-rata cacahan untuk
tegangan 475 volt/ daerah plateau dan selang waktu 10 sekon adalah 5,68 cacahan
dengan standar deviasinya ((σ)
sebesar 2,2 menunjukan bahwa
meskipun zat radioaktif sudah tidak ada partikel sinar gamma disekitar G-M
Counter masih ada sisa-sisa radiasinya.
Adapun
besar-kecilnya waktu (t) sangat mempengaruhi jumlah cacahan yang
terbaca. Apabila dalam proses pengamatan menggunakan t kecil cacahan
akan sedikit terbaca oleh G-M Counter tapi apabila menggunakan t besar
maka jumlah cacahan akan lebih banyak terbaca oleh G-M Counter. Untuk itu
semakin besar t yang digunakan maka akan semakin teliti.
7.
7. SIMPULAN
Geiger muller counter bekerja menggunakan prinsip
ionisasi, yaitu mengubah sekumpulan elektron disekitar Geiger Muller Counter
menjadi sinyal listrik sehingga dapat terbaca pada display geiger Muller. Daerah
plateau Geiger Muller berada pada tegangan sekitar 475 volt, karena pada daerah
ini jumlah cacahan yang terukur stabil. Dari
hasil kurva grafik yang diperoleh menunjukan bahwa distribusi normal (gaussian)
memberikan hasil yang lebih baik daripada distribusi poisson karena kurva
distribusi normal yang dihasilkan lebih mendekati histogram yang ada. Rata-rata
cacahan untuk m=75 adalah 74,7 cacahan dalam selang waktu 10 sekon., dengan
standar deviasi sebesar 4,7. Sedangkan untuk m=100 diperoleh rata-rata cacahan
sebesar 74,30 cacahan dalam selang waktu 10 sekon dengan standar deviasi
sebesar 4,4. Pada cacahan latarbelakang diperoleh rata-rata cacahan pada daerah
palateau sebesar 5,68 dengan standar
deviasi sebesar 2.2.
8. 8. PUSTAKA
[1]
Beiser, A. konsep Fisika Modern (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
[2] Gautreau,
Ronald dan William Savin. (1999). Fisika Modern Edisi Kedua (Terjemahan). Jakarta : Erlangga. [3] http://www.fourier-sys.com/support.html
[4] Riyanto. Peluruhan Radioaktif. (2006). Program Sarjana MIPA Jurusan Fisika, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
li,
Douglas C. 2001. Fisika Jilid 2 edisi kelima (Terjemahan).Jak
0 comment:
Post a Comment